Oleh H.Hatomi
Pimpinan media sumber berita
Focusberita.com
Bangka Belitung bukan lagi sekadar “memanas”.
Tapi mendidih.
Satu per satu pejabat puncak daerah ini kini bukan lagi tampil sebagai figur pemimpin…
tetapi sebagai peserta gladiator politik yang saling hunus laporan, saling bentak opini, dan saling menunjuk rakyat sebagai lawan tandingnya.
Gubernur dilaporkan masyarakat.
Masyarakat dilaporkan gubernur.
Wakil gubernur juga ikut dilaporkan rakyat.
Dan rakyat sendiri malah berhadapan dengan pemimpinnya.
Ini bukan sekadar kekacauan.
Ini alarm bahaya yang menunjukkan bahwa roda pemerintahan tidak lagi berputar — tetapi terseret oleh ego.
SUASANA hari ini, rakyat menyaksikan hal yang lebih pahit daripada anjloknya harga timah:
kepercayaan publik runtuh bukan karena fitnah… tapi karena tingkah pemimpinnya sendiri.
Yang duduk di kursi kekuasaan seolah lupa bahwa masyarakat bukan musuh, melainkan mandat.
Masyarakat itu harusnya dibina bukan dibinasakan.
Tapi apa jadinya jika mandat justru diperlakukan seperti ancaman?
Kini masyarakat melihat dengan mata kepala sendiri:
Kritik dianggap serangan.
Keluhan rakyat dianggap gangguan.
Laporan rakyat dibalas dengan laporan balik.
Fungsi dialog digantikan konfrontasi di depan penyidik.
Pertanyaan paling ekstrem pun muncul di bibir orang kampung hingga warung kopi:
“Ini pemimpin menjalankan pemerintahan, atau sedang mempertahankan harga diri?”
Karena jika gubernur dan wakil gubernur dua-duanya bisa dilaporkan oleh rakyat, itu tandanya bukan rakyat yang rusak.
Itu sinyal bahwa ada yang salah dalam cara kepemimpinan dan kekuasaan dijalankan.
Dan masyarakat bertanya dengan getir:
“Jika pejabat puncak saja sibuk mengurusi laporan polisi, siapa yang mengurus nasib rakyat?”
Bangka Belitung kini seperti kapal besar yang nakhoda dan wakil nakhodanya malah sibuk bertengkar di ruang penyidik sambil menunjuk-nunjuk rakyat yang seharusnya mereka lindungi.
Sementara itu, ombak persoalan semakin tinggi:
harga kebutuhan naik, masalah tambang tak selesai, konflik sosial memanas…
tapi energi pemerintah habis untuk perang laporan.
Begitu ekstremnya situasi ini sampai-sampai masyarakat mulai berbisik:
“Kapan kita punya pemimpin yang benar-benar memimpin… bukan berkelahi?”
Karena pada akhirnya, kehormatan seorang pemimpin bukan diukur dari siapa yang kalah di kantor polisi —
tetapi siapa yang mampu menenangkan rakyat tanpa harus saling seret ke aparat.
Hari ini Bangka Belitung tidak butuh gladiator.
Ia butuh pemimpin.
Dan dua hal itu sangat berbeda.
Semoga kita mendapatkan pemimpin yang dapat mengayomi masyarakat bukan yang sibuk lapor melaporkan kepolisian.

Social Header