Breaking News

Kembali ke Zaman Dulu: Daya Tampung Kelas 40 Siswa, Maju atau Mundur?



Oleh:  HATOMI 
Pimpinan Media Sumber Berita 
www.focusberita.com
Sekaligus alumni dunia pendidikan BASEL.

Bangka Selatan. www.focusberita.com  
Belakangan ini muncul kembali wacana dan realita tentang ruang kelas yang diisi hingga 40 siswa per kelas. 

Jumlah ini sesungguhnya bukan hal baru. Kita pernah melaluinya di era-era pendidikan sebelumnya, ketika kuantitas lebih sering diprioritaskan dibanding kualitas. Kini, ketika dunia pendidikan berusaha bertransformasi menuju pembelajaran yang lebih manusiawi dan efektif, kebijakan ini justru mengarah pada kemunduran. 

Apakah kita sedang berjalan mundur menuju masa lalu?

Idealnya, ruang kelas adalah tempat di mana siswa dan guru bisa berinteraksi secara optimal dalam suasana yang nyaman, kondusif, dan penuh perhatian individual.

 Namun, ketika satu ruang kelas dijejali 35 hingga 40 siswa, kenyamanan itu menjadi ilusi. Ruang kelas berubah menjadi tempat penuh sesak, dengan suara bising yang sulit dikendalikan, dan suasana belajar yang minim ketenangan.

Guru Menjadi Korban Pertama :

Dalam kelas yang terlalu padat, guru tak ubahnya seperti orator di ruang massa, bukan fasilitator pembelajaran. 
Kemampuan untuk memperhatikan kebutuhan individual siswa, memberi ruang tanya jawab, atau melakukan evaluasi formatif yang personal akan sangat terbatas.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar pun lebih berisiko tertinggal tanpa diketahui, karena perhatian guru harus dibagi ke puluhan siswa dalam waktu yang sama.

Tak sedikit guru yang mengeluh kelelahan secara mental dan emosional karena menghadapi tekanan beban kelas besar. Ketika beban psikologis ini meningkat, kualitas pengajaran pun secara alami akan menurun.

Kenyamanan Fisik yang Terabaikan :

Kita juga harus jujur soal kondisi fisik ruang kelas di sebagian besar sekolah kita. Banyak ruang kelas saat ini masih belum memenuhi standar kapasitas yang baik untuk 30 siswa, apalagi 40. 

Jarak antarbangku yang sempit, ventilasi udara yang terbatas, pencahayaan yang minim, dan suhu ruangan yang panas menjadi realita yang sering diabaikan.

Dalam konteks iklim tropis seperti Indonesia, kelas dengan 40 siswa tanpa sirkulasi udara yang baik akan menjadi ruangan panas, pengap, dan tidak sehat.

 Ini bukan hanya mengganggu konsentrasi belajar siswa, tapi juga bisa berdampak langsung pada kesehatan mereka dan  tidak Sesuai dengan Permendikbud Ristek Nomor 47 Tahun 2023 tentang Standar Pengelolaan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar dan Jenjang Pendidikan Menengah khususnya mengenai jumlah ideal kuota sekolah pertama. 

Maka, jika daya tampung siswa diperbesar, perlu dibarengi pula dengan peningkatan fasilitas fisik kelas, termasuk penyediaan ruang pendingin atau AC (air conditioner) sebagai bagian dari standar kenyamanan.

Tentu, penggunaan AC bukan semata soal kemewahan. Ini adalah kebutuhan dasar agar siswa dan guru bisa berada dalam ruang belajar yang layak, apalagi jika kelas semakin padat.

 Tanpa solusi semacam ini, ruang kelas hanya akan menjadi tempat formalitas belajar, bukan tempat pembentukan karakter dan pengembangan potensi.

Pendidikan yang Berkeadilan, Bukan Sekadar Merata:

Perlu kita garis bawahi: pendidikan yang baik bukan hanya soal pemerataan akses, tapi juga soal keadilan dalam kualitas. 

Memaksa banyak siswa masuk dalam satu kelas hanya karena keterbatasan ruang atau tenaga pengajar adalah pendekatan pragmatis yang bisa menimbulkan efek jangka panjang yang negatif.

Alih-alih memperbesar daya tampung per kelas, lebih bijak jika pemerintah dan pemangku kebijakan fokus pada pemerataan pembangunan ruang kelas, rekrutmen guru secara proporsional, dan peningkatan sarana-prasarana penunjang belajar. Ini investasi jangka panjang yang jauh lebih berdampak daripada menambah beban dalam satu ruangan.

Menatap Masa Depan, Bukan Bernostalgia:

Kita tentu tidak ingin pendidikan anak-anak kita berjalan di tempat. Dunia terus berubah, kebutuhan anak-anak zaman sekarang pun tidak lagi sama seperti generasi terdahulu. 

Mereka butuh ruang belajar yang memberi ruang untuk berdiskusi, berpikir kritis, dan bereksplorasi — bukan sekadar mendengar ceramah dalam kelas padat yang pengap.

Jika kita ingin pendidikan Indonesia maju, mari hentikan langkah-langkah yang terasa seperti kembali ke masa lalu,  kelas yang nyaman, jumlah siswa yang proporsional, dan fasilitas belajar yang layak seperti AC bukanlah kemewahan, melainkan pondasi bagi lahirnya generasi masa depan yang berkualitas. 
Hosting Unlimited Indonesia
Hosting Unlimited Indonesia
Hosting Unlimited Indonesia
© Copyright 2022 - FOCUS BERITA