Oleh Drs. Rizal M Soleh
Focusberita.com
Dalam menjalankan ibadah Ramadhan ini, dan untuk mengemban amanah perjuangan menyebarkan serta menegakkan nilai kebenaran yang kita yakini sebagai pedoman hidup ini.
*Pertama quwwatul ‘aqidah, kekuatan aqidah di dalam hati*
Puasa menjadikan hati kita lebih dekat kepada Allah, lebih tunduk, lebih peduli, lebih sensitif, lebih lembut, lebih takut kepada Allah dan sifat-sifat mulia lainnya. Itulah taqwa. Pesan lahir taqwa adalah membangkitkan kesadaran dalam hati sehingga kita mau menunaikan kewajiban, mau lebih menjaga hati agar tidak dirusak oleh hal-hal yang merusak kedekatan dan ketundukan kepada Allah, dan semakin memiliki sensitifitas getaran hati terhadap perbuatan dosa.
Dalam kondisi kehidupan kita yang sudah rusak, maka apa yang dihasilkan dari ibadah puasa ini sangat penting. Puasa menjadikan keimanan kita semakin kokoh, dan melahirkan sikap takwa yang lebih sempurna. Dan terbentuk, kualitas masyarakat yang kita dambakan. Seperti digambarkan Sayyid Quthb: “Apabila terjadi kerusakan pada suatu generasi manusia, maka untuk memperbaikinya bukan memperketat peraturan dan hukum terhadap mereka, melainkan dengan jalan memperbaiki pendidikan dan hati mereka, serta menghidupkan rasa taqwa di dalam hati mereka”.
*Kedua, taqwiyatus Shilah billah atau Memperkuat hubungan dengan Allah*
Puasa pada dasarnya adalah ibadah hati, di mana setiap orang tidak akan menjalani perintah berpuasa sebagaimana yang diatur di dalam ajaran agama, kecuali bila hati nya memiliki hubungan dan keyakinan dengan Allah sebagai Rabbnya. Karenanya, ketika prilaku yang di luar Ramadhan atau di luar puasa halal, seperti makan, minum dan berhubungan dengan suami atau istri, tapi itu tidak dilakukan di siang bulan Ramadhan atau di saat berpuasa. Hal ini bisa dilakukan selama satu bulan penuh, pasti semata karena ada nilai dan kedudukan Allah yang kuat di dalam hati orang yang berpuasa. Kita menjadi lebih tunduk pada Nya.
hati yang dekat dengan Allah dan merasa selalu diawasi oleh Allah, akan membuat hidup lurus tidak menyimpang dari ketentuan Allah, dan itulah penyebab hidup kita menjadi damai dan teduh.
*Ketiga, taqwiyatus shilah bainan naas memperkuat hubungan dengan sesama manusia*
Puasa merasakan satu hal yang sama, yakni lapar dan haus dan sama-sama berjuang untuk mampu menahan dan mengendalikan diri dari melakukan sesuatu yang tidak dibenarkan oleh Allah, .
Semangat kebersamaan merupakan modal yang sangat berharga bagi upaya perjuangan di jalan Allah, sebagaimana firmanNya "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam suatu barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh" (QS 61:4).
Keserentakan dalam melakukan ibadah Ramadhan, juga melahirkan makna kekompakan antar sesama kaum Muslimin. Kekompakan dalam menyikapi suatu pilihan, menghadapi suatu masalah, mengatasi problematika hidup. Tidak mudah dicerai berai, tidak gampang difitnah dan diadu domba. Kita merasakan hal yang sama, menjalankan ketaatan kepada Allah. Dan apapun yang menghalangi ketaatan dan ketundukan pada Allah, kita sama-sama merasakannya sebagai sesuatu yang harus dihindari.
Penilaian kita terhadap banyak masalah, menjadi lebih didasari pertimbangan, apakah sikap kita, lebih berpihak pada ketundukan pada syariat Allah, atau tidak.
*Keempat, quwwatuts tsabaat atau memperkokoh jiwa*
Dalam hidup ini, kekuatan konsitensi dan ketabahan adalah sesuatu yang harus kita miliki. Ketabahan tidak muncul dengan sendirinya, Puasa di Ramadhan adalah sarana pelatihan ketabahan yang luar biasa. Kita menjadi lebih berdaya tahan dalam mempertahankan nilai-nilai kebenaran yang datang dari Allah, meskipun dalam kondisi yang sulit seperti haus dan lapar.
Kehidupan ini ibarat kita berjalan di atas jalanan yang banyak persimpangan. banyak godaan, bisikan, yang menarik agar kita tidak melanjutkan perjalanan atau menyimpangkan langkah ke jalan yang berbeda. Maka puasa Ramadhan membentuk kekuatan kita untuk tabah, untuk tangguh.
Social Header